Tiga Alasan Mengapa Presiden Mesti Tetapkan Hari Santri
Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI
NU) KH Abdul Ghoffar Rozien menyerukan agar Presiden Joko Widodo
menepati janjinya dalam kampanye. Jika Presiden pernah mengusulkan 1
Muharam, RMI berpendapat 22 Oktober lebih tepat karena alasan historis.
“Ribuan pesantren dan jutaan santri sudah menunggu keputusan Presiden terkait dengan Hari Santri Nasional. Kebijakan itu, menguatkan marwah negara,” ungkap Rozien
Ia mengatakan, langkah presiden Jokowi sudah tepat untuk memberikan penghormatan kepada santri, karena jasa-jasa pesantren di masa lalu yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan serta mengawal kokohnya NKRI,” terang Gus Rozien.
Menurut Gus Rozien, latar belakang pentingnya Hari Santri Nasional adalah untuk menghormati sejarah perjuangan bangsa ini. “Hari Santri Nasional tidak sekadar memberi dukungan terhadap kelompok santri. Justru, inilah penghormatan negara terhadap sejarahnya sendiri. Ini sesuai dengan ajaran Bung Karno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, Jas Merah!” tegasnya.
Tiga Alasan Dasar
Gus Rozien menambahkan, ada tiga argumentasi utama yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi negara. “Pertama, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari. Ini peristiwa penting yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945,” ungkap Gus Rozien.
Kedua, lanjutnya, jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai jelas menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul islam (daerah Islam) pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, 1936.
“Sepuluh tahun berdirinya NU dan sembilan tahun sebelum kemerdekaan, kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama. Ini konsep yang luar biasa,” tegas Gus Rozien.
Rumusan ketiga, ungkap Gus Rozien, yakni kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Para kiai dan santri selaluh berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangan Pancasila. Pada Muktamar NU di Situbondo, 1984, jelas sekali tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara. Bahwa NKRI sebagai bentuk final, harga mati yang tidak bisa dikompromikan,” jelas Gus Rozien.
Dengan demikian, Gus Rozien menambahkan, Hari Santri bukan lagi sebagai usulan ataupun permintaan dari kelompok pesantren. “Ini wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri. Kontribusi pesantren kepada negara ini, sudah tidak terhitung lagi,” tegas Rozien.
Sementara, adanya kritik terhadap rencana penetapan Hari Santri Nasional, menurut Gus Rozien merupakan hal yang wajar. “Itu merupakan hak bagi setiap individu maupun kelompok untuk memberikan kritik. Kami merespon dengan baik dan santun. Akan tetapi, jelas argumentasi epistemiknya lemah jika menggunakan teori Gertz, yang sudah dikritik sendiri oleh kolega-koleganya, semisal Talal Asad, Andrew Beatty, Mark R Woodward, dan beberapa peneliti lain. Selain itu, kelompok abangan juga sudah banyak yang melebur menjadi santri,” terang Rozien. (Aziz/Mahbib)--http://www.harisantri.id/berita/tiga-alasan-mengapa-presiden-mesti-tetapkan-hari-santri.html
“Ribuan pesantren dan jutaan santri sudah menunggu keputusan Presiden terkait dengan Hari Santri Nasional. Kebijakan itu, menguatkan marwah negara,” ungkap Rozien
Ia mengatakan, langkah presiden Jokowi sudah tepat untuk memberikan penghormatan kepada santri, karena jasa-jasa pesantren di masa lalu yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan serta mengawal kokohnya NKRI,” terang Gus Rozien.
Menurut Gus Rozien, latar belakang pentingnya Hari Santri Nasional adalah untuk menghormati sejarah perjuangan bangsa ini. “Hari Santri Nasional tidak sekadar memberi dukungan terhadap kelompok santri. Justru, inilah penghormatan negara terhadap sejarahnya sendiri. Ini sesuai dengan ajaran Bung Karno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, Jas Merah!” tegasnya.
Tiga Alasan Dasar
Gus Rozien menambahkan, ada tiga argumentasi utama yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi negara. “Pertama, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari. Ini peristiwa penting yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945,” ungkap Gus Rozien.
Kedua, lanjutnya, jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai jelas menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul islam (daerah Islam) pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, 1936.
“Sepuluh tahun berdirinya NU dan sembilan tahun sebelum kemerdekaan, kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama. Ini konsep yang luar biasa,” tegas Gus Rozien.
Rumusan ketiga, ungkap Gus Rozien, yakni kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Para kiai dan santri selaluh berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangan Pancasila. Pada Muktamar NU di Situbondo, 1984, jelas sekali tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara. Bahwa NKRI sebagai bentuk final, harga mati yang tidak bisa dikompromikan,” jelas Gus Rozien.
Dengan demikian, Gus Rozien menambahkan, Hari Santri bukan lagi sebagai usulan ataupun permintaan dari kelompok pesantren. “Ini wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri. Kontribusi pesantren kepada negara ini, sudah tidak terhitung lagi,” tegas Rozien.
Sementara, adanya kritik terhadap rencana penetapan Hari Santri Nasional, menurut Gus Rozien merupakan hal yang wajar. “Itu merupakan hak bagi setiap individu maupun kelompok untuk memberikan kritik. Kami merespon dengan baik dan santun. Akan tetapi, jelas argumentasi epistemiknya lemah jika menggunakan teori Gertz, yang sudah dikritik sendiri oleh kolega-koleganya, semisal Talal Asad, Andrew Beatty, Mark R Woodward, dan beberapa peneliti lain. Selain itu, kelompok abangan juga sudah banyak yang melebur menjadi santri,” terang Rozien. (Aziz/Mahbib)--http://www.harisantri.id/berita/tiga-alasan-mengapa-presiden-mesti-tetapkan-hari-santri.html
Materi Khutbah
KHUTBAH
MENYONGSONG MUHARROM 1437 H
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ :
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِىْ دَوَّرَ الأَوْقَـاتِ, فِى السَّنَةِ وَ الشَّهْرِ وَ اْلأَيَّـامِ,
وَفَضَّلَنَا بِحَقِيْقَةِ اْلاِيْمَانِ وَ اْلإِسْـلاَمِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ
اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ خَلَقَ اْلاِنْسَانَ وَسَـائِرِ
اْلأَنَـامِ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ حَمَلَ النَّـاسَ
إِلَى النُّوْرِ مِنَ الظَّلاَمِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ اَشْرَفِ الْخَلاَئِقِ وَ اْلأَنَـامِ وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَـابِهِ الْكِرَامِ.
اَمَّا بَعْدُ ! فَيَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْااتَّقُ االلهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Sidang Jumuah
rahimakumulloh,
Di penghujung bulan
Dzul-hijjah 1436 H, dan menyongsong Muharram 1437 H, saya mengajak diri saya
dan para jamaah sekalian……
Marilah kita jaga
kualitas iman dan takwa kita kepada Alloh, dan mari kita tingkatkan menjadi
yang lebih baik. Dengan melaksanakan perintah Alloh dengan ikhlas dan
istiqomah, serta menjauhi segala apa yang dilarang, dengan sabar dan tawakkal
1437 tahun lebih, - telah berlalu -
perjalanan sejarah Hijrahnya Rasulullah Saw berlalu. Makna hijrah bagi kaum
Muslim memiliki makna yang sangat dalam dan mendasar yaitu suara hati, perasaan
yang sangat mendasar (Alwizdan), mengaktualisasikan nilai-nilai akidah yang
bertujuan untuk memisahkan antara yang hak dan yang batil yaitu dengan
berhijrah kepada Allah Swt secara totalitas.
Hijrah dari
kemusyrikan dan kekufuran kepada nilai-nilai Islam yang murni.
Awal dari hijrahnya
kenabian ini bertujuan untuk keluar dari belenggu masyarakat Jahiliyah dan
berbagai unsur budayanya pada masa itu dan menuju kepada berdirinya Negara
Islam di Madinah Munawwarah. Dari awal hijrah inilah menjadi ujung tombak
terbentuknya sejarah Hijriyah yang dikenal dengan “Taqwim Hijrie; penanggalan
Hijriyah atau tahun hijriyah” di kalangan umat Islam, yang berawal dari
hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Yatsrib yang akhirnya nama ini
berubah menjadi nama Madinah Almunawwarah. Makna Hijrah dan keutamaan hijrah
yang Allah Swt gambarkan dalam Alqur’an diantaranya sebagai berikut :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar” (QS. Attaubah [9] : 100)
Dari ayat-ayat
Alqur’an di atas makna hijrah mengandung interpretasi yang begitu luas
baik secara ruhiyah, bathiniyah maupun lahiriyah, baik secara mikro maupun
makro. Tahun baru hijriyah atau makna dari kata “Hijrah” itu sendiri merupakan
momentum bagi kaum Muslimin untuk terus mampu dalam berkreasi, menjunjung
tinggi nilai-nilai toleransi, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menciptakan
birokrasi yang modern, transparan, rapi dan bersih, membangun dan menegakkan
keadilan hukum yang tegas dan berwibawa, kemajuan diberbagai bidang seperti
politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, industri, informasi, tekhnologi,
meliter, dsb, menuju peradaban sebuah negara yang aman, sejahtera dan makmur
yang mampu bersaing dengan negara lain secara terhormat dan beradab untuk
membangun kemaslahatan umat manusia diseluruh dunia.
Ma’asyirol Musholliin
Rahimakumulloh........
Tahun baru Islam jatuh diantara bulan Haram yaitu bulan
Muharram. Bulan Haram ada empat dari bulan Arab hijriyah yaitu Dzulqa’dah (bulan
ke-11), Dzulhijjah (bulan ke-12), Muharram (bulan ke-1) dan Rajab (bulan ke-7),
Di dalam Al-qur’an : (Q.S. at Taubah
:36)., Alloh menyebutkan :
“Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah :36).
Pada ayat ini menerangkan kepada kita bahwa setelah
penciptaan langit dan bumi Allah menciptakan bulan yang berjumlah 12 bulan yang
mana bulan tersebut merupakan bulan tahun Hijriah. Dalam bulan-bulan tersebut
terdapat 4 bulan yang paling istimewa diantara bulan yang lainnya, salah
satunya adalah bulan Muharram. Pada bulan Muharram Allah mengharamkan umat
islam melakukan perbuatan yang dilarang, (membunuh, berperang). Tetapi disana
juga menjelaskan bahwa orang muslim harus memerangi orang kafir yang selalu
mengajak kepada kehancuran. Yang dilakukan orang kafir, adalah bukan karena
ingin merampas harta seperti yang dilakukan sebelum datangnya islam, merebut
kekuasaan, balas dendam seperti yang telah dialami ketika umat islam mengusir
orang kafir untuk meninggalkan Makkah dan Madinah, tetapi mereka menginginkan
agama Islam hancur.
Salah seorang ahli tafsir dari kalangan tabi’in
yang bernama Qatadah bin Di’amah Sadusi rahimahulloh menyatakan, “Amal
sholeh lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haram sebagaimana
kezholiman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan
kezholiman yang dikerjakan di bulan-bulan lain meskipun secara umum kezholiman
adalah dosa yang besar”(2).
Disinilah yang menjadi pokok pada bulan Muharram, bahwa
diharamkan umat-Nya melakukankan berperang atau membunuh pada bulan-bulan
istimewa tersebut, karena apabila melanggarnya, maka dosanya akan dilipat
gandakan dari bulan-bulan yang lain. Dengan adanya
larang tersebut berarti Allah juga akan memberikan pahala bagi umat-Nya yang
mengerjakan alaman seperti yang disunahkan.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah
radhiyallohu anhu, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjelaskan keempat
bulan haram yang dimaksud :
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ
اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ
مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ
الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Dari Abu Bakar r.a,
bahwa Rasulullah berkhotbah ketika beliau melaksanakan haji, beliau berkata: ketahuilah bahwa zaman itu akan terus
berputar seperti bentuknya. Hari menciptakan Allah Swt pada langit dan bumi itu
dalam setahun sebanyak 12 bulan diantaranya ada 4 bulan Haram, 3 yang
berturutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram sedangkan bulan Rajab
dihimpit antara bulan Jumadi (Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir) dan bulan Sya’ban.(
HR. Bukhari- Muslim)
Para ulama bersepakat bahwa keempat bulan haram tersebut
memiliki keutamaan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain selain Ramadhan,
namun demikian mereka berbeda pendapat, bulan apakah yang paling afdhal
diantara keempat bulan haram yang ada ? Imam Hasan Al Bashri rahimahulloh dan
beberapa ulama lainnya berkata, “Sesungguhnya Allah telah memulai
waktu yang setahun dengan bulan haram (Muharram) lalu menutupnya juga
dengan bulan haram (Dzulhijjah) dan tidak ada bulan dalam setahun setelah bulan
Ramadhan yang lebih agung di sisi Allah melebihi bulan Muharram” (3).( Lathoif Al Ma’arif hal 36
b. Bulan Muharram disifatkan sebagai Bulan Allah
Kedua belas bulan yang ada adalah makhluk ciptaan Allah,
akan tetapi bulan Muharram meraih keistimewaan khusus karena hanya bulan inilah
yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah). Rasulullah shallallohu alaihi wasallam
bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ
بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ
الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah
puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama
setelah shalat fardhu adalah shalat malam”.[ H.R. Muslim (11630) dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallohu anhu]
Hadits
ini mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena
disandarkan kepada lafzhul Jalalah (lafazh Allah). Para Ulama telah menerangkan
bahwa ketika suatu makhluk disandarkan pada lafzhul Jalalah maka
itu mengindikasikasikan tasyrif (pemuliaan) terhadap makhluk tersebut,
sebagaimana istilah baitullah (rumah Allah) bagi mesjid atau lebih
khusus Ka’bah dan naqatullah (unta Allah) istilah bagi unta nabi Sholeh
‘alaihis salam dan lain sebagainya.
Al Hafizh Abul Fadhl Al ‘Iraqy rahimahulloh menjelaskan,
“Apa hikmah dari penamaan Muharram sebagai syahrulloh (bulan Allah) sementara
seluruh bulan milik Allah ? Mungkin dijawab bahwa hal itu dikarenakan bulan
Muharram termasuk diantara bulan-bulan haram yang Allah diharamkan padanya
berperang, disamping itu bulan Muharram adalah bulan perdana dalam setahun maka
disandarkan padanya lafzhul Jalalah (lafazh Allah) sebagai bentuk pengkhususan
baginya dan tidak ada bulan lain yang Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam
sandarkan kepadanya lafzhul Jalalah melainkan bulan Muharram” (4) (Hasyiah
As Suyuthi ‘ala Sunan An Nasaai)
Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham
(Bulan Allah yang Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan
ini (6). karena itu, tak boleh ada sedikitpun riak & konflik di
bulan ini.
Sidang Jumuah Rahimakumulloh.....
Adapun ibadah yang dianjurkan secara khusus pada bulan
ini adalah memperbanyak puasa sunnah sebagaimana yang telah disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, sebagaimana
hadits di atas
Kemudian anjuran berpuasa di bulan Muharram ini lebih
dikhususkan dan ditekankan hukumnya pada hari yang dikenal dengan istilah Yaumul
‘Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan Muharram (‘asyuro). ‘Asyuro
berasal dari kata ‘Asyarah yang berarti sepuluh. Pada hari ‘Asyuro ini,
Rasulullah shallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya untuk
melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala yaitu ibadah
puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Berdasarkan hadits Nabi SAW. Tentang
Kaum Yahudi juga berpuasa di hari Asyuro bahkan menjadikannya sebagai Ied (hari
raya)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ
مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي
إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى
مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ibnu
Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi
wasallam. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari
‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab, “Ini adalah
hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari
musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah shallallohu
alaihi wasallam pun bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Musa
daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk
berpuasa di tahun yang akan datang. [H.R. Bukhari (1865) dan Muslim(1910) ]
Kaum
Quraiys di zaman Jahiliyah juga berpuasa Asyuro dan puasa ini diwajibkan atas
kaum muslimin sebelum kewajiban puasa Ramadhan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي
الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ
شَاءَ تَرَكَهُ . متفق عليه.
Dari
Aisyah radhiyallohu anha berkata, Kaum Qurays pada masa Jahiliyyah juga
berpuasa di hari ‘Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam juga
berpuasa pada hari itu, ketika beliau telah tiba di Medinah maka beliau tetap
mengerjakannya dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa. Setelah puasa
Ramadhan telah diwajibkan beliau pun meninggalkan (kewajiban) puasa ‘Asyuro,
seraya bersabda, “Barangsiapa yang ingin berpuasa maka silakan tetap
berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tidak mengapa” [
HR. Bukhari (1863) dan Muslim(1897) ]
Adapun
keutamaan puasa asyuro adalah :
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ
رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Dari
Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam
bersabda, “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan
dosa tahun lalu” [ HR. Tirmidzi (753), Ibnu Majah (1738) dan
Ahmad(22024). Hadits semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam kitab Shohih beliau (1162) ]
Sedangkan
puasa pada hari tasu’a ( ke 9 Muharram )
Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma
berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari
‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat)
menyampaikan, “Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan
Nasrani”. Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda:
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembali
dengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal
sembilan).“
Akan
tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallohu alaihi
wasallam wafat di tahun tersebut [ HR.
Muslim (1134) ]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ
Ibnu
Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata, “Berpuasalah pada tanggal sembilan
dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi”
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumulloh........
Pada akhirnya dapatlah kita simpulkan :
- Begitu agungnya bulan Muharram, sehingga kita harus memperbanyak amal sholih dan menghindari perbuatan munkar
- Diantara amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa sunnah, khususnya hari ke 9, 10 dan 11, bulan Muharram
Dan marilah kita berdoa, memohon kepada Alloh, semoga
kita diberi kekuatan iman dan Islam, dan semoga selalu dalam hidayah Alloh
dengan mengikuti sunnah Rasululloh SAW, aamin yaa mujiibas saa-iliin.
بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم, ونفعنى و إياكم
بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, أقول قولى هاذا, و أستغفر الله العظيم لى ولكم ,
فاستغقروه, إنّه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH II
الحمد لله الذى
أنعمنا بنعمة الإيمان و الإسلام. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ الملك القدّوس السلام وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
خير الخلائق و الأنام, صَلَّى اللهُ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وبارك وسلّمْ, وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الكرام, أما بعد. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ،فى العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مجيب الدعوات. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيّدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدنا إِبْرَاهِيْمَ،فى العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مجيب الدعوات. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عبادالله, إنّ الله يأمر بالعدل والاحسان, وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر و البغيو يعظكم لعلكم تذكرون, .... وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
عبادالله, إنّ الله يأمر بالعدل والاحسان, وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر و البغيو يعظكم لعلكم تذكرون, .... وَأَقِمِ الصَّلاَةَ