Khutbah Idul Fitri 1439 H : MENGGAPAI JIWA YANG FITRI


Hasil gambar untuk jiwa yang fitri

KHUTBAH IDUL FITRI 1439 H
MENGGAPAI JIWA YANG FITRI
Oleh : H. Yusron Kholid

بسم الله الرحمن الرحيم

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر 
 الحَمْدُ لِلَّهِ اَّلذِى عَادَ عَلَيْنَا نِعَمَهُ فِى كُلِّ نَفْسٍ وَلَمْحَاتٍ وَأَسْبَغَ عَلَيْنَا ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً فِى اْلجَلْوَاتِ وَاْلخَلْوَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَّلذِى امْتَنَّ عَلَيْنَا لِنَشْكُرَهُ بِأَنْوَاعِ الذِّكْرِ وَالطَّاعَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَسَائِرِ اْلبَرِيَّاتِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ اْلفَضْلِ وَاْلكَمَالِ.
اللهُ أَكْبَرُ أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا اْلحَاضِرُوْنَ!اِعْلَمُوْا, أَنَّ هَذَا يَوْمُ اْلعِيْدِ. هَذَا يَوْمُ اْلَفرَحِ. فَرَحَ اْلمُسْلِمُوْنَ لِتَوْفِيْقِ اللهِ إِيَّاهُمْ بِاسْتِكْمَالِ بَلاَءِ رَبِّهِمْ بِفَرْضِ الصِّيَامِ مَعَ التَّرْوِيْحَاتِ فَرَحَ اْلمُسْلِمُوْنَ بِوَعْدِ رَبِّهِمْ بِغُفْرَانِ مَا اجْتَرَحُوْا مِنَ السَّيِّئَاتِ وَاسْتِحْلاَلِ بَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ فِى اْلحُقُوْقِ وِاْلوَاجِبَاتِ.
إِخْوَانِى اْلكِرَامِ! فِى هَذَا اْليَوْمِ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْنَا الصِّيَامَ بَعْدَ أَنْ فَرَضَهُ عَلَيْنَا جَمِيْعَ الشَّهْرِ وَأَخْبَرَ أنَّهُ فَرَضَهُ لِنَكُوْنَ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ. فَيَنْبَغِى لَنَا أَنْ نَبْعَثَ فِى أَنْفُسِنِا بِارْتِقَائِهَا عَلَى مَرَاتِبِ التَّقْوَى وَنَهْتَمُّ بِدِيْنِ رَبِّنَا حَتَّى نَنَالَ مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا, فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى,فَقَدْ فَـازَ الْمُتَّقُوْنَ.


Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan "Alhamdulillahirabbil Alamin" karena kita telah dilimpahi berbagai macam kenikmatan yang tidak bisa kita hitung jenis dan jumlahnya satu persatu. Mudah-mudahan kenikmatan yang selalu kita syukuri ini akan senantiasa ditambah oleh Allah SWT dan kita digolongkan menjadi kaum yang pandai bersyukur. Amin ya Rabbal Alamin.
Oleh sebab itu, dari mimbar yang mulia ini, saya mengajak diri saya dan jamaah sekalian, marilah kita jaga dan kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kepada Alloh, denggan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, dengan melaksakan perintahperintah Allohs serta menjauhi segala apa yang dilarang sebagai bekal hidup di akherat kelak, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal menuju akherat hanyalah iman dan takwa tersebut.

Dan juga sebagai Ummat Nabi Akhiruz Zaman Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya kita senantiasa menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau, agar kita tersambung secara ruhaniyah dengan beliau dan termasuk umat yang selamat dunia akherat. Seraya selalu berharap, semoga kita mendapatkan syafa’atnya kelak. Amin.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Pada saat ini kita bersama-sama merasakan kebahagiaan
yang tiada tara. Kita sudah sampai pada hari dimana kita kembali fitri dan kita bisa menunaikan shalat Id bersama dengan keluarga tercinta ditempat yang mulia ini. Hari ini adalah hari kemenangan bagi insan beriman yang menjalankan Ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh. Hari ini adalah hari dimana orang beriman yang berpuasa satu bulan penuh dikembalikan kepada fitrahnya, kepada kesuciannya laksana bayi yang baru terlahir kembali ke dunia. 

Hal ini sesuai dengan yang ditegaskan oleh Nabi Kuhammad SAW dalam Haditnya:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Siapa yang berpuasa
pada bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan perhitungan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat".

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Perjuangan di Bulan Ramadhan adalah sebuah perjuangan keimanan. Iman kita diuji apakah lebih berat mengikuti ajakan setan untuk tidak berpuasa dengan menahan lapar dan dahaga ataukah mengikuti perintah Allah SWT untuk mendapatkan predikat orang-orang yang bertaqwa.

Maka hadiah yang dikaruniakan Alloh kepada kita adalah dikembalikannya kita kedalam kondisi fitrah, seperti saat kita dilahirkan oleh ibu kita.
Sebagaimana sabda Rasul SAW.:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“ setaip bayi yang dilahirkan itu dalam keadaan suci/fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi, nasrani atau majusi “ ( HR. Baihaqy dan Thobroni )
Seharusnya kita perkokoh sifat-sifat fitrah dengan ketaqwaan yang sempurna


اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Konfisi itrah itu digapai karena setelah menuntaskan puasa Ramadhan beserta ibadah yang mengikutinya, kita dinilai Alloh telah mencapai derajat takwa – yang menjadi tujuan utama dari puasa Ramadhan -.
Maka untuk memahami kondisi fitrah itu, seorang muttaqin harus memahami, menghayati dan mempedomani ciriciti dan sifat-sifat orang yang bertakwa, sebagaimana yang telah dijelaskan Alloh dalam surah Ali Imron ayat 133-134
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa sifat orang muttaqin itu ada 4

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
1. menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan lapang maupun sempit. Atau terbebas dari sifat “ hubbud-dun-ya “ ( cinta dunia )
 Berinfak di waktu lapang maupun sempit dapat dijelaskan; jika kita memiliki uang sepuluh ribu rupiah lalu kita infaqkan paling tidak 1000 rupiah, dan jika hanya memiliki seribu rupiah maka kitapun tetap infaqkan seratus rupiah.
Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari kesulitan (bala’) kehidupan lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini yakni “ suka berinfak “. Lebih dari itu, seseorang yang suka menolong orang lain tidak akan mengambil atau memakan harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat kebaikan bagi sesamanya. ‘Aisyah RA ( istri Nabi SAW ) pernah menginfaqkan sebutir anggur karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi. Dalam hal ini. Nabi Muhammad SAW bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

“Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”. ( Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)
Syaikh as-Sa’di berkata tentang infaq dalam ayat di atas : Yaitu pada saat keadaan mereka sedang sulit atau keadaan mereka sedang lapang. Bila mereka lapang maka mereka (orang yang takwa ini) akan berinfak lebih banyak. Apabila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun hanya (berinfak) sedikit (Tafsir Karimur Rahman) 
Orang yang dalam keadaan sempit, dia bersedekah sedikit, namun  nilainya disisi Allah bisa jadi lebih besar dari orang yang dalam keadaan lapang dan  memiliki harta  melimpah,karena dia bersedekah dalam jumlah yang banyak dari rizki sedikit yang ia miliki. Itulah keadilan Allah. 
Rasulullah bersabda yang artinya : 
” Satu dirham mengungguli seratus ribu dirham. Seorang bertanya : Bagaimana itu wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Seseorang mempunyai harta yang melimpah lalu dia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham dan menyedekahkannya, dan seseorang yang lain hanya memilik dua dirham, dia mengambil satu dirham lalu  mensedekahkannya” (H.R Imam an Nasa-i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
ciri orang yang bertakwa selanjutnya adalah :
 2.  Mengendalikan emosi atau amarah.
Yakni kemampuan mengendalikan dan mengarahkan emosinya kepada hal-hal yang poisitif dan terhindar dari dampak negatif yakni rusaknya tatanan hubungandan sendi kehidupan bermasyarakat dengan sesama manusia, dan yang paling parah adalah putusnya silaturrahmi yang dapat membuntu sumber rezeki serta memperpendek usia.
Seharusnya orang yang bertakwa itu mampu meredam emosinya, sehingga sikap yang terlahir menjadi tenang dan tetap bijak dalam menghadapi berbagai situasi dan keadaan yang terjadi pada diri maupun lingkungannya, dengan begitu maka sebesar apapun problematika yang dihadapi akan terurai dengan baik dan penuh keberkahan, karena runyamnya tatanan sosial itu seringkali diawali dengan sikap emosional yang tidak terkendali dan tidak proporsional.
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah
ciri yang ke :
3. Suka memaafkan kesalahan orang lain dengan sepenuh hati.
Memaafkan (al-‘afwu) berarti al-mahwu, menghapus. Allah itu al-‘afuww, Maha Memaafkan kesalahan hamba-Nya. Itu berarti Allah menghapus kesalahan yang telah diperbuat oleh hambanya tersebut.

Seorang anak yang menulis sebuah kalimat yang salah di buku tulisnya, ia akan menghapusnya hingga tak terbaca lagi. Bila kalimat yang salah masih bisa dibaca itu artinya sang anak tak menghapusnya dengan benar.

Demikianlah orang yang bertakwa yang memaafkan kesalahan orang lain. Ia akan menghapus kesalahan tersebut hingga tak akan ia baca lagi. Ia tak akan mengungkit-ungkit kesalahan tersebut baik kepada pelakunya maupun dengan menceritakannyanya kepada orang lain. Baginya kesalahan itu adalah masa lalu.
Bila seorang yang memaafkan masih saja membicarakan dan mengungkit kesalahannya, mungkin saja ia tak benar-benar menghapusnya, dan tidak dengan tulus benar-benar memaafkannya.

Memang berat memaafkan kesalahan orang lain yang nyata-nyata diarahkan kepada kita, namun dengan memaafkan itulah sesungguhnya kita telah meringankan beban hidup kita dan melapangkan hati dan rasa hidup kita. Betapa orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain akan terus terbebani pikiran dan perasaannya oleh kesalahan itu, padahal disisi lain, ia menginginkan hidup yang tenang dan lapang, maka hal ini sungguh ironis, padahal manusia itu seringkali alpa dan terjerumus kepada suatu kesalahan, di sisi lain, Alloh memiliki sifat Ghofuur yang artinya Maha Mengampuni atau Maha Memaafkan. Maka orang yang takwa pastilah mendapat percikan cahaya Ghofurnya Alloh, hingga ia menjadi pemaaf.
Memaafkan orang lain akan mendapatkan pahala yang besar di Hari Pembalasan kelak.  Dalam hal iniNabi Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT akan memberikan pengumuman di Hari Pembalasan, barang siapa yang memiliki hak atas Allah SWT agar berdiri sekarang. Pada saat itu berdirilah orang-orang yang memaafkan orang-orang kejam yang menganiaya mereka. Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Barang siapa berharap mendapatkan istana yang megah di surga dan berada di tingkatan yang tinggi dari surga, hendaknya mereka mengerjakan hal berikut ini:
·         Memaafkan orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka.
• Memberi hadiah kepada orang yang tidak pernah memberi hadiah kepada mereka.
• Jangan menghindari pertemuan dengan orang-orang yang dengan sengaja memutuskan hubungan dengan mereka.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Ciri orang yang bertakwa ke :
4. Bersikap baik terhadap sesama manusia.
Ketika Imam Baihaqi RA menjelaskan ayat ini, ia mengisahkan sebuah peristiwa. Beliau mengkisahkan, “Suatu saat Ali bin Hussain RA sedang berwudhu dan pelayannya yang menuangkan air ke tangannya menggunakan bejana. Bejana terlepas dari pegangan pelayan itu dan jatuh mengenai Ali. Sang pelayan menangkap kekecewaan di wajah Ali. Dengan cerdiknya sang pelayan membaca ayat diatas kata demi kata. Ketika sampai pada kalimat ‘orang yang taqwa mengendalikan amarahnya’ Ali RA menelan amarahnya. Ketika sampai pada ‘mereka memaafkan orang lain’ Ali RA berkata, “Aku memaafkanmu” Dan ketika dibacakan bahwa Allah SWT mencintai mereka yang bersikap baik kepada orang yang melakukan kesalahan, Ali memerdekakannya.
Jadi berbuat baik itu bukan hanya dengan membalas kebaikan orang lain, namun kebaikan adalah yang tumbuh dalam dirinya untuk dilakukan kepada orang lain dengan tulus.
jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah
Sifat orang yang bertakwa lainnya, sebagaimana firman  Allah didalam Surat Ali’Imran Ayat 135 dan 136, yakni:
Ketika mereka (orang-orang beriman) itu terlanjur berbuat jahat atau aniaya, mereka ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Allah. Dan mereka tidak tetap berbuat aniaya ketika mereka mengetahui.
Demikianlah ciri-ciri orang yang bertakwa yang harus kita pertahankan dan kembangkan agar kita mendapatkan AMPUNAN dari Alloh dan dapat menghuni SURGA-Nya

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Di akhir khutbah ini marilah kita renungkan ulasan Imam Ghozali tentang hidup di dunia ini.
Abu Hamid bin Muhammad Al Ghozali dalam Ihya Ulumuddin melukiskan para penghuni kehidupan dunia ini laksana seorang pelaut yang sedang mengarungi samudera, satu tarikan nafas bagaikan satu rengkuhan dayung, cepat atau lambat biduk yang ditumpangi akan mengantarkannya ke pantai tujuan. Dalam perjalanan itu, setiap nahkoda berada di antara dua kecemasan, antara mengingat perjalanan yang sudah di lewati dengan rintangan angin dan gelombang yang menerjang dan antara menatap sisa-sisa perjalanannya yang masih panjang di mana ujung rimbanya belum tentu dapat mencapai keselamatan.

Tamsil tentang kehidupan ini hendaknya mengingatkan, agar kita senantiasa berupaya memanfaatkan umur yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita miliki pasti masih akan tetap menghadapi tantangan, ujian dan selera kehidupan yang menggoda, karenanya kita harus tetap mawas diri dan tidak terbuai dengan nafsu angkara murka yang suatu saat dapat menjerumuskan kita dalam limbah kenistaan, kita pergunakan kesempatan dan sisa umur yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir ini untuk memperbanyak bekal dan amal shaleh guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di alam dunia yang fana ini, maupun di alam akhirat yang kelal abadi.

Suatu saat Lukman Al Hakim, seorang shalih yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an pernah menyampaikan taushiyah kepada putranya:

َيا بُنَيَّ ! إنَّ الدُنْيَا بَحْرٌ عَمِيْقٌ وَقَدْ غَرَقَ فِيْهَا أُنَاسٌ كَثِيْرٌ ، فَاجْعَلْ سَفِيْنَتَكَ فِيْهَا تَقْوَى اللهِ وَحَشْوُهَا الإيْمَانُ وَشَرَاعُهَا التَّوَكَّلُ عَلىَ اللهِ لَعَلَّكَ تَنْجُوْ.


Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Demikianlah Khutbah Idul Fitri kali ini. Semoga dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua dan marilah kita berdo'a semoga ibadah kita selama ini khususnya di Bulan Ramadhan tahun ini diterima Allah SWT. Dan kita termasuk hamba Alloh yang kembali kepada kesucian dan menjadi hamba yang sukses, aamiin yaa mujiibas-saa-iliin 

بارك الله لي ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم بفهمه إنه هو البر الرحيم

Khutbah II


الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر 
الحمد لله الذى أفاض نعمه علينا وأعظم. وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. أسبغ نعمه علينا ظاهرها وباطنها وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. رسول اصطفاه على جميع البريات. ملكهاوإنسها وجنّها. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الكمال فى بقاع الأرض بَدْوِهَا وَقُرَاهَا.
الله أكبر أما بعد: إخوانى الكرام! استعدوا لجواب ربكم متى تخشع لذكر الله متى نعمل بكتاب الله ؟ قال تعالى ياأيها الذين أمنوا استجيبوا لله ولرسوله إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تخشرون, فاتَّقواالله حقّ تُقُاتِهِ ولاتموتنَّ إلاَّ وأنتم مسلمون..
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد. كما صليت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم, وبارك على محمد وعلى أل محمد, كماباركت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضى الحاجات. اللهم وفقنا لعمل صالح يبقى نفعه على ممر الدهور. وجنبنا من النواهى وأعمال هى تبور. اللهم أصلح ولاة أمورنا. وبارك لنا فى علومنا وأعمالنا. اللهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا. اللهم اجعلنا نعظم شكرك. ونتبع ذكرك ووصيتك. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب.
عباد الله! إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر. يعدكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروا على نعمه يزد كم. ولذكر الله أكبر, والله يعلم ما تصنعون

0 komentar:

Posting Komentar